Sabtu, 23 Maret 2013

Metode Ilmiah





Pengertian Metode Ilmiah

Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah

Karakterisasi

Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi,ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti.Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia.Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur.

Prediksi dari hipotesis

Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi. Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam laboratorium atau pengamatan suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas. Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui kebenarannya
Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis. Jika prediksi tersebut tidak dapat diamati, hipotesis yang mendasari prediksi tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode yang mungkin akan datang. Sebagai contoh, teknologi atau teori baru boleh jadi memungkinkan eksperimen untuk dapat dilakukan.

Eksperimen

Setelah prediksi dibuat, hasilnya dapat diuji dengan eksperimen. Jika hasil eksperimen bertentangan dengan prediksi, maka hipotesis yang sedak diuji tidaklah benar atau tidak lengkap dan membutuhkan perbaikan atau bahkan perlu ditinggalkan. Jika hasil eksperimen sesuai dengan prediksi, maka hipotesis tersebut boleh jadi benar namun masih mungkin salah dan perlu diuji lebih lanjut.
Eksperimen tersebut dapat berupa eksperimen klasik di dalam laboratorium atau ekskavasi arkeologis.Pencatatan juga akan membantu dalam reproduksi eksperimen.

LANGKAH-LANGKAH METODE ILMIAH

Masalah: berawal dari adanya masalah yang dapat digali dari sumber empiris dan teoretis, sebagai suatu aktivitas pendahuluan. Agar masalah ditemukan dengan baik memerlukan fakta-fakta empiris dan diiringi dengan penguasaan teori yang diperoleh dari mengkaji berbagai literatur relevan.
Rumusan masalah: Masalah yang ditemukan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah, dan umumnya rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan.
Pengajuan hipotesis: Masalah yang dirumuskan relevan dengan hipotesis yang diajukan. Hipotesis digali dari penelusuran referensi teoretis dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Metode/strategi pendekatan penelitian: Untuk menguji hipotesis maka peneliti memilih metode/strategi/pendekatan/desain penelitian yang sesuai.
Menyusun instrumen penelitian: Langkah setelah menentukan metode/strategi pendekatan, maka peneliti merancang instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data, misalnya angket, pedoman wawancara, atau pedoman observasi, dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen agar instrumen memang tepat dan layak untuk mengukur variabel penelitian.
Mengumpulkan dan menganalisis data: Data penelitian dikumpulkan dengan Instrumen yang kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan alat-alat uji statistik yang relevan dengan tujuan penelitian atau pengujian secara kualitatif.
Simpulan: Langkah terakhir adalah membuat simpulan dari data yang telah dianalisis. Melalui kesimpulan maka akan terjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan dapat dibuktikan kebenarannya.

Contoh kasus

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan pemerintah harus segera mengimpor cabai, untuk mengantisipasi harga cabai yang saat ini telah melonjak dua kali lipat.
Ketua Umum Apindo, Sofyan Wanandi mengatakan, impor bisa dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan produksi cabai di pasar.
"Selama ini permasalahan di Indonesia adalah pengaturan pendistribusian logisitik. Karena cuaca buruk, maka pasokan cabai di pasar menurun dan membuat harga melambung tinggi. Makanya harus impor untuk mengantisipasi dampak cuaca buruk tersebut," kata Sofyan saat ditemui di kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, Jumat (22/3/2013).
Sofyan menjelaskan dengan kondisi seperti ini, petani cabai pasti terkena dampak negatifnya. Sebab, dengan ongkos produksi yang tinggi ternyata usaha mereka merugi akibat cabai busuk dan tidak dapat dijual.
Jika dipaksa untuk memproduksi cabai lagi di saat kondisi cuaca yang tidak menentu ini, maka kerugian petani cabai akan lebih tinggi lagi.
"Ongkos produksi tentunya akan naik, sementara harga jualnya tidak bisa lebih mahal," tambahnya.
Saat ini, lanjut Sofyan, Apindo mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah pendistribusian beberapa komoditas pangan.
Hal ini untuk mengantisipasi kenaikan harga yang bisa terjadi akibat sistem pendistribusian yang buruk. Di sisi lain, pemerintah juga harus mengantisipasi cuaca buruk yang terjadi.
Sehingga saat petani mengalami gagal panen, pemerintah sudah memiliki stok cadangan komoditas tersebut.
Editor :
Ervan Hardoko

Analisis metode ilmiah

a      Pengambilan Konsep

Pemerintah harus segera impor cabai

b      Hipotesis (kesimpulan sementara)

"Selama ini permasalahan di Indonesia adalah pengaturan pendistribusian logisitik. Karena cuaca buruk, maka pasokan cabai di pasar menurun dan membuat harga melambung tinggi. Makanya harus impor untuk mengantisipasi dampak cuaca buruk tersebut,

c      Pembuktian Hipotesis

Sofyan menjelaskan dengan kondisi seperti ini, petani cabai pasti terkena dampak negatifnya. Sebab, dengan ongkos produksi yang tinggi ternyata usaha mereka merugi akibat cabai busuk dan tidak dapat dijual.
Jika dipaksa untuk memproduksi cabai lagi di saat kondisi cuaca yang tidak menentu ini, maka kerugian petani cabai akan lebih tinggi lagi.
"Ongkos produksi tentunya akan naik, sementara harga jualnya tidak bisa lebih mahal," tambahnya.
Saat ini, lanjut Sofyan, Apindo mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah pendistribusian beberapa komoditas pangan.




Sumber :
www.wikipedia.com





Karangan Bebas 1


Garis Sukses


Tak seorang pun mempunyai kesempatan untuk menikmati kesuksesan selamanya sampai  ia mulai melihat ke cermin dan melihat penyebab yang sebenarnya dari semua kesalahan yang telah dilakukannya….
Kesuksesan akan mendatangi mereka yang mempunyai cita-cita dan terus mengejarnya meskipun ada hambatan dan kekecewaan….Setiap kesusahan mendatangkan benih keuntungan yang setara atau lebih banyak. 
(Napoleon Hill)

P
erjalanan dalam hidup menuju kesuksesan tak jauh beda dengan perjalanan dalam sebuah lomba lari. Yang membedakan hanyalah bahwa kalau dalam lomba lari kita sudah bisa memastikan dimana garis finisnya,sementara dalam perjalanan menuju kesuksesan kita tak pernah tahu di mana garis akhirnya. Tetapi satu yang sama dalam dua hal ini adalah apabila kita tetap melaju diatas rute yang benar,maka suatu saat cepat atau lambat,tergantung dari kecepatan laju lari kita,garis finis itu pun akan terlampaui.
Perjalanan dalam lomba lari menuju satu titik pasti (garis finis) dan kita sudah bisa mengukur terlebih dulu berapa lamanya kita harus mempersiapkan tenaga dan waktu untuk mencapainya. Sedangkan dalam perjalanan menuju sukses,kita sama sekali tak tahu dimana batas akhirnya,dimana letak kesuksesan itu berada. Inilah yang membuat siapa pun yang berkeinginan mencapai garis sukses dalam hidupnya harus memiliki keuletan ,ketabahan  dan kesabaran serta semangat perjuangan yang menyala-nyala dalam dadanya. Kadang perjalanan menuju sukses itu lurus tanpa banyak hambatan,tetapi kemudian ada belokan,dan jalan menurun serta licin yang terkadang bisa sewaktu waktu menggelincirkan. Kadang jalannya menanjak dan berbatu-batu . tetap jangan pernah menyerah ! Teruslah berlari,teruslah langkahkan kaki, teruslah susuri rute yang benar meski seberat apa pun, karena siapa tahu di balik suatu belokan, sebuah garis sukses menanti…….

kutipan buku GAPAILAH IMPIANMU


                                                                              

Karangan bebas 2


Dahsyatnya Dampak Makanan dan Harta Haram



Yang dimaksud makanan Haram adalah makanan yang asal sifatnya memang diharamkan, ataupun makanan halal yang diperoleh dengan cara haram. Pasti ada alasan yang kuat mengapa Allah mengharamkan sesuatu, seperti halnya menghalalkan sesuatu. Yang jelas sebagai seorang mukmin kita harus yakin bahwa Allah menginginkan yang terbaik bagi kita dengan syariatNya.

Disamping konsekwensi dari hukum Allah, sebagian ulama juga berpendapat bahwa makanan yang kita makan akan mempengaruhi prilaku kita. Sebelum terlambat, mari kita luangkan waktu untuk merenungi betapa dahsyatnya pengaruh dan dampak buruk dari mengkonsumsi makanan haram bagi Anda dan keluarga seperti diterangkan di bawah ini.


Dampak Langsung

1.  Tidak Diterima Amalan-nya

Rasulullah saw bersabda, "Ketahuilah bahwa suapan haram jika masuk ke dalam perut salah satu dari kalian, maka amalannya tidak diterima selama 40 hari." (HR At-Thabrani).

2.  Tidak Terkabul Doa-nya

Sa'ad bin Abi Waqash bertanya kepada Rasulullan saw, "Ya Rasulullah, doakan saya kepada Allah agar doa saya terkabul." Rasulullah menjawab, "Wahai Sa'ad, perbaikilan makananmu, maka doamu akan terkabulkan." (HR At-Thabrani).
Disebutkan juga dalam hadis lain bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang lelaki melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut, mukanya berdebu, menengadahkan kedua tangannya ke langit dan mengatakan, "Wahai Rabbku! Wahai Rabbku!" Padahal makanannya haram dan mulutnya disuapkan dengan yang haram, maka bagaimanakah akan diterima doa itu?" (HR Muslim).

3.  Mengikis Keimanan Pelakunya
Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah peminum khamr, ketika ia meminum khamr termasuk seorang mukmin." (HR Bukhari Muslim).

4.  Mencampakkan Pelakunya ke Neraka

Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram, kecuali neraka lebih utama untuknya." (HR At Tirmidzi).

5.  Mengeraskan Hati
Imam Ahmad ra pernah ditanya, apa yang harus dilakukan agar hati mudah menerima kesabaran, maka beliau menjawab, "Dengan memakan makanan halal." (Thabaqat Al Hanabilah : 1/219).

At Tustari, seorang mufassir juga mengatakan, "Barangsiapa ingin disingkapkan tanda-tanda orang yang jujur (shiddiqun), hendaknya tidak makan, kecuali yang halal dan mengamalkan sunnah," (Ar Risalah Al Mustarsyidin : hal 216).

Dampak Tidak Langsung

1.  Haji dari Harta Haram Tertolak

Rasulullah saw bersabda, "Jika seorang keluar untuk melakukan haji dengan nafaqah haram, kemudian ia mengendarai tunggangan dan mengatakan, "Labbaik, Allahumma labbaik!" Maka yang berada di langit menyeru, "Tidak labbaik dan kau tidak memperoleh kebahagiaan! Bekalmu haram, kendaraanmu haram dan hajimu mendatangkan dosa dan tidak diterima." (HR At Thabrani)

2.  Sedekahnya Ditolak

Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa mengumpulkan harta haram, kemudian menyedekahkannya, maka tidak ada pahala, dan dosa untuknya." (HR Ibnu Huzaimah)

3.  Shalatnya Tidak Diterima

Dalam kitab Sya'bul Imam disebutkan, " Barangsiapa yang membeli pakaian dengan harga sepuluh dirham di antaranya uang haram, maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama pakaian itu dikenakan." (HR Ahmad)

4.  Silaturrahim-nya Sia-sia

Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa mendapatkan harta dari dosa, lalu ia dengannya bersilaturahim (menyambung persaudaraan) atau bersedekah, atau membelanjakan (infaq) di jalan Allah, maka Allah menghimpun seluruhnya itu, kemudian Dia melemparkannya ke dalam neraka. Lalu Rasulullah saw bersabda, " Sebaik-baiknya agamamu adalah al-wara' (berhati-hati)." (HR Abu Daud).

Ternyata begitu dahsyat akibat dari mengkonsumsi makanan haram bagi diri dan keluarga kita. Tegakah anda jika istri anak dan keturunan kita terkontaminasi makanan haram - yang sengaja atau tidak - kita nafkahkan pada mereka, sehingga menanggung dampak seperti diterangkan diatas?
Untuk itu, marilah kita membekali diri kita dengan pengetahuan yang memadai sekaligus mewaspadai lingkungan sekitar kita dan asal-usul harta dan makanan yang kita makan dan nafkahkan pada keluarga.

Jangan jadikan alasan bahwa kita tidak tahu, karena Allah telah memerintahkan kepada kita untuk mencari Ilmu dan berusaha sekuat tenaga menjaga diri kita dari api neraka… Jangan juga kesulitan membedakan yang halal dan haram menjadi kendala, karena justru usaha kita ini akan membuahkan cinta Allah ….

Sesungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal. (HR. Ad-Dailami)
Silahkan cermati apa saja yang di Halalkan dan apa saja yang di haramkan Allah berdasar Al-Qur’an dan Hadist pada artikel kami yang lain berjudul: Makanan dan Minuman Halal dan haram Menurut Al’Quran dan Hadist.



Sumber : Pusat halal.com

Sabtu, 16 Maret 2013

PERBEDAAN KARANGAN (BAHASA INDONESIA 2 #)

PERBEDAAN KARANGAN 


Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dalam artikel ini akan dibahas tentang 3 jenis karangan, yaitu: karangan ilmiah, karangan non ilmiah, dan karangan semi ilmiah.



I. Karangan ilmiah

Karangan ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Tujuan karya ilmiah, antara lain:
Ø  Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
Ø  Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
Ø  Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
Ø  Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
Ø  Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

II. Karangan Non Ilmiah

Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah, yaitu:
· Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
· Fakta yang disimpulkan subyektif,
· Gaya bahasa konotatif dan populer,
· Tidak memuat hipotesis,
· Penyajian dibarengi dengan sejarah,
· Bersifat imajinatif,
· Situasi didramatisir,
· Bersifat persuasif.
· Tanpa dukungan bukti
Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah, yaitu:
· Dongeng
· Cerpen
· Novel
· Drama
· Roman.

III. Karangan Semi Ilmiah

Karangan semi ilmiah merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan yang ditulis dengan bahasa konkret dan formal, kata-katanya teknis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya. Karya tulis ini juga merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan dalam kary tulis ini. Karya tulis semi ilmiah biasanya digunakan dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.

IV. Perbedaan Karangan Ilmiah dengan Non ilmiah

Istilah karangan ilmiah dan non ilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
1. Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.
2. Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
3. Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.

Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi ilmiah.


JENIS JENIS KARANGAN BERDASARKAN PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI KARANGAN   



1. Karangan Narasi
     Karangan narasi ialah karangan yang menyajikan serangkai  peristiwa yang biasanya disusun  menurut  urutan  waktu. Yang termasuk narasi ialah cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, biografi, otobiografi.
    Ciri-ciri/karakteristik karangan Narasi
    a. Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa
    b. Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang  menunjukkan peristiwa awal sampai akhir
    c. Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian
    d. Latar (setting) digambarkan secara hidup dan terperinci
2.    Karangan Deskripsi
        Karangan Deskripsi ialah karangan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu seakan-akan pembaca melihat,mendengar, merasakan, mengalaminya sendiri.
        Ciri-ciri / karakteristik karangan deskripsi
a         Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu
b         Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-olah mereka melihat,merasakan, mengalami atau mendengar, sendiri suatu objek yang  dideskripsikan.
c         Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu, yang dapat berupa  tempat, manusia dan hal yang dipersonifikasikan.
d        Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis (objektif), impresionistis (subjektif), atau sikap penulis

 3.  Karangan Eksposisi
        Karangan Eksposisi adalah bentuk karangan yang memaparkan, memberi keterangan, menjelaskan,
        memberi informasi sejelas-jelasnya mengenai suatu hal.
       Ciri-ciri/karakteristik karangan Eksposisi
        a.  Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya
        b.  Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi  (data faktual)
        c.  Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan  kehendak
        d.  Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif  terhadap fakta yang ada
        e.  Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atas tentang proses kerja sesuatu 
4.  Karangan Persuasi
      Karangan Persuasi adalah karangan yang tujuannya untuk membujuk pembaca agar mau mengikuti kemauan atau ide penulis disertai alasan bukti dan contoh konkrit.
5.  Karangan Argumentasi
      Karangan Argumentasi adalah karangan yang isinya bertujuan meyakinkan atau mempengaruhi pembaca terhadap suatu masalah dengan mengemukakan alasan, bukti, dan contoh nyata.
      Ciri-ciri/karakteristik karangan Argumentasi
      a.    Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran  gagasan pengarang sehingga kebenaran itu
             diakui oleh pembaca
      b.   Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta,  grafik, tabel, gambar
     c.    Dalam argumentasi pengarang berusaha mengubah sikap, pendapat atau pandangan
             pembaca
     d.    Dalam membuktikan sesuatu, pengarang  menghindarkan keterlibatan emosi dan 
             menjauhkan subjektivitas
      e.   Dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita dapat menggunakan
             bermacam-macam pola pembuktian










PENALARAN (softskill bahasa indonesia 2)


Bagaimana penalaran dipergunakan dalam proses berbahasa

Dalam Penyajian sebuah Konsep Ilmiah, Bahasa Indonesia mempunyai peranan penting dengan dibakukannya Ejaan sesuai EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Dengan Ejaan sesuai EYD ini, Bahasa Indonesia memiliki susunan struktur bahasa yang Obyektif, Metodis, Sistematis dan Universal.

Peranan tersebut, mencakup penggunaan Bahasa Indonesia dalam publikasi artikel maupun tulisan – tulisan ilmiah, baik berupa karya tulis, penulisan ilmiah, maupun skripsi dimana penerapannya harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
Beberapa hal sederhana misalnya tentang kaidah penggunaan huruf kapital: bahwa pada setiap awal kalimat harus diawali dengan huruf kapital, dan huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, peristiwa sejarah.
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang diartikan dengan kegiatan berpikir dan bukan perasaan. Dengan demikian kita patut sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir  menyandarkan diri pada penalaran.
Jadi penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik dalam menemukan kebenaran.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Karena tidak semua cara berpikir manusia itu sama oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran dimana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai Kriteria kebenaran masing-masing.



Metode Penalaran
Ada dua jenis metode penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif :

Metode Induktif
Metode berpikir induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasi pengamatan empiric dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini panalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.

Metode Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, ang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol.   Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.